Minggu, 02 Juni 2013

Tahukah Kamu Rasanya Menahan Tangis dalam Kerinduan?

Setiap hari, aku terpaku menatap layar monitor. Menunggu kabarmu, meskipun hanya dalam pesan singkat atau mungkin lewat chatting. Dari hari ke hari kumenunggu, tak satupun kabar yang kudapat. Begitu tidak pentingkah aku bagimu? Begitu tidak berkesankah kenangan kita selama ini? Tidakkah kamu merindukanku seperti aku merindukanmu?


Dulu, kaulah satu-satunya orang yang bisa membuatku tersenyum ketika menerima pesan singkat darimu. Terlalu banyak gurauan, aku menyukainya. Apapun itu, jika bersamamu, aku pasti menyukainya.


Aku merindukan semua hal tentang kita. Bisakah kita mengulang kembali kenangan itu? Kenangan yang mungkin bagimu tidak penting untuk diingat. Tapi aku mengingatnya sangat lekat. Aku merindukan sebuah tawa dari seribu gurauanmu. Aku masih membiarkan kuku-kuku manisku ini berwarna merah jambu berpadu biru, agar aku tetap mengingat bahwa kita pernah terlibat pertemuan singkat, agar aku mengingat bahwa kaupernah menggenggam jemariku dan mengulasnya dengan pewarna kuku, agar aku mengingat bahwa kita pernah saling bersama tanpa saling memiliki.


Tahukah kamu? Percayakah kamu? Bahwa aku masih mengingat setiap detail cerita yang kaulontarkan, setiap ucapan yang kaukatakan. Kaubegitu menyukai warna biru, kauadalah pengangum tim bola Chelsea, gelang-gelang manis di tanganmu berwarna biru-merah-hitam. Aku menambah pewarna kuku di jari telunjuk dan jari tengahmu. Masihkah kauingat? Apakah semua hal itu telah kaubuang begitu jauh? Begitu banyak hal yang kauceritakan padaku. Aku berfikir, bukankah seorang pria hanya banyak bercerita pada orang yang dapat membuatnya nyaman? Tapi aku sadar, kenyamanan bukanlah jaminan bahwa kaujuga menyayangiku.


Aku selalu menunggu kabar tentangmu, meskipun hanya dari oranglain. Setidaknya, aku tahu bagaimana kabarmu sekarang. Aku hanya berharap kita dapat bertemu lagi, membagi kisah, berbagi canda. Seperti yang kaubilang; jika aku mendapatkan kesulitan, kauakan selalu ada. Aku mendapat banyak kesulitan. Aku sulit untuk melupakanmu, aku sulit menghapus rasa ini, aku sulit membuang semua fikiran tentangmu. Haruskah aku membagi itu semua denganmu? Setelah itu, akankah kauberbalik dan kembali kepadaku atau malah pergi jauh dan tidak pernah kembali lagi? Aku tidak siap.


Aku selalu disini, menunggumu kembali padaku dan menjadikanku rumah untukmu. Berjalanlah kemanapun kausuka, kemanapun kaumau. Aku akan menunggu. Tapi jika kaukehilangan arah, kembalilah padaku. Aku selalu menunggumu. Dan mencintaimu, Sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar