Senin, 19 Agustus 2013

Tanpa Judul

Suasana pagi ini begitu dingin, begitu mencekam. Aku merasakan sepi yang mendalam tanpamu. Lantunan lagu I Will Always Love You yang mengingatkanku padamu membuat dadaku terasa sesak. Kenangan itu kembali berputar. Saat-saat dimana kita memulai kisah ini......


Malam itu, seorang wanita sedang berdiri, menunggu. Aku melongokkan kepala ke segala arah mencari seseorang yang berjanji menjemputku. Aku kembali menatap layar handphone, kukira kautak datang. Tidak lama kemudian, sebuah deru motor terdengar berjalan ke arahku dan berhenti tepat di depan kaki-ku berpijak. Kautersenyum hangat, malam itu kaumengenakan jeans denim dipadu sweater biru. Aku duduk di belakangmu, saat itu aku merasakan hal yang berbeda. Di perjalanan menuju rumahmu, kita berbicara banyak. Namun kaulebih banyak bertanya, begitu banyak perhatian-perhatian manis darimu. Sampai akhirnya kaumenanyakan hal tentang seseorang yang takasing bagiku, detik itu rasa takut kehilangan mucul. Aku takut kauakan pergi bersamanya. Tapi kaumeyakinkanku bahwa kauhanya menginginkan aku.


Sebelum sampai rumahmu, kita pergi mencari makan di daerah Margonda. Kaumenggenggam jemariku erat didominasi dengan rangkulan hangat. Aku hanya tersenyum melihat begitu banyak perhatian yang kauberikan. Kaubegitu manis, kautahu cara memperlakukan wanita. Kaumenyingkirkan rambut-rambut kecil yang menutupi wajahku karena tertiup angin. Kaujuga mencari makanan yang aku inginkan pada saat itu. Rasanya aku ingin berjalan terus bersamamu tanpa ada pemberhentian. Aku fikir, aku jatuh cinta.


Sesampainya di rumahmu, kita masih banyak berbicara sambil menonton acara tv. Rasa kantuk datang menyerbuku, aku takmau terlelap dan melewati kenangan ini. Kaumenyelimuti tubuhku dan memelukku. Tahukah kamu tuan, pelukanmu jauh lebih hangat daripada selimut itu? Aku terbangun, tapi kautelah berubah menjadi orang yang takpernah kukenal. Raut wajahmu terlihat marah, kaumemilih mengantarku pulang lebih awal. Aku begitu takut melihatmu, kauberjalan lantang di depan meninggalkanku yang melangkah gontai sendirian di belakangmu. Aku merasa takmengenalmu, rasanya aku ingin pergi dan berlari. Di perjalanan, kaumemacu sepeda motormu sangat cepat. Ketakutanku bertambah, aku meneteskan airmata. Namun kautak menggubrisku, kautak merasa ada aku yang harusnya kaulindungi. Aku kecewa kauberubah secepat itu, hanya sepersekian jam. Kauyang awalnya adalah malaikat untukku, sekarang malah menjadi sesosok makhluk yang aku taktahu. Setelah membiarkanku turun di depan rumah, kaulangsung pergi. Nafasku sesak, aku melangkah pelan ke dalam rumah. Aku takmenyangka kausekejam itu.


Aku berharap kaumenghubungiku, tapi kautak kunjung melakukannya. Aku tertidur pulas dengan deraian airmata. Betapa terkejutnya aku saat terbangun, kaumencaci maki dan membentakku lewat pesan singkat. Tahukah tuan, aku merasakan sakit yang amat dalam? Aku memilih untuk melepaskanmu. Aku terlalu terkejut dan kecewa dengan kejadian ini.


Beberapa minggu kemudian, kaumulai menyapaku lagi lewat pesan singkat tapi hanya sekali. Ternyata kautelah bahagia bersama perempuan itu. Kakakku. Orang yang mungkin jauh lebih baik dariku dan dia bisa memberikanmu apa yang takpernah bisa kuberikan. Aku hanya tersenyum dalam tangis melihat semua itu. Aku belajar mengikhlaskan walaupun sulit. Takada cinta yang mudah melepaskan, tuan. Seandainya kautahu bahwa detik itu aku ingin merampasmu dari pelukannya. Tapi aku masih punya perasaan, takmungkin aku menghancurkan kebahagiaan oranglain demi memuaskan ego-ku.


Ternyata hubunganmu takberlangsung lama. Kaumemutuskan hubungan dengannya. Aku tersenyum. Aku taktahu arti dari senyuman itu. Aku sudah tidak mengharapkanmu kembali, tapi aku begitu bahagia kautelah lepas darinya.


Kaukembali padaku. Ya, kaudatang lagi padaku seolah takpernah terjadi apa-apa sampai pada akhirnya kaumembaca sebuah artikel yang kutulis tentangmu. Kaumeminta maaf dan ingin merubah sikapmu. Kita dekat lagi, kaumemasang status in a relationship denganku di akun facebook-mu padahal kaubelum memintaku menjadi pacarmu. Kita dekat, tapi aku taktahu atas nama apa hubungan kita ini. Kaudekat dengan wanita lain, tapi kaubilang sayang padaku. Aku takpernah mengerti apa maksudmu dan bagaimana jalan pikiranmu.


Aku takmengharapkan kaumenjadi milikku. Tapi jika kautak pernah benar-benar mencintaiku, pergilah. Aku rela melepasmu, lagi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar